Senin, 25 Februari 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Bahan Bakar Air: Teknologi Masa Depan
“… dan saya percaya suatu saat
nanti, air dapat menjadi bahan bakar
masa depan”
– Jules Verne, penulis novel
science-fiction Journey to the Center of
the Earth (1864)
Sejak ratusan tahun yang lalu, tanpa
kita sadari, belum ada penemuan teknologi agar kendaraan menjadi irit bahan
bakar dan ramah lingkungan. Kalaupun ada seperti Mobil Hybrid Cell, harganya tak
terjangkau untuk masyarakat. Indonesia merupakan negara yang paling boros
menggunakan BBM. Menurut data dari Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), persediaan sumber energi fosil di Indonesia
diperkirakan hanya akan bertahan dalam beberapa puluh tahun saja. Persediaan
gas di Indonesia hanya bisa bertahan sekitar 30 tahun, bahan bakar batu bara
sekitar 50 tahun, dan yang paling mengkhawatirkan adalah persediaan bahan bakar
minyak yang hanya mampu bertahan sekitar 11 tahun saja.
Bensin dan solar termasuk bahan bakar
fosil yang tidak dapat diperbaharui, yang keberadaannya harus dihemat demi
generasi mendatang. Keterbatasan persediaan minyak dan meningkatnya konsumsi
pemakaian bahan bakar, menyebabkan harga minyak dunia melambung tinggi dan tak
terkendali. Saat ini kita sudah menyaksikan kelangkaan bahan bakar. Minyak
menjadi barang mewah dibeberapa daerah di Indonesia. Dan parahnya lagi, saat
harga minyak naik, harga kebutuhan hidup masyarakat pun meningkat. Indonesia
perlu sumber energi yang dapat diperbaharui dan optimalisasi kualitas
lingkungan. Teknologi Bahan Bakar Air lah salah satu solusi yang saat ini masih
terus dikembangkan dan disempurnakan.
Sejarah Mencatat:Tahun 2006 hingga 2008, teknologi Bahan Bakar Air mendapat perhatian dari negara-negara pencinta hemat bahan bakar. Voll Johanes Bosco di Palu, Sulawesi Tengah, berhasil menerapkan teknologi ini ke sepeda motornya. Ir. FX Agus Unggul Santoso, Jogja, berhasil menekan pemakaian BBM sampai 15% dengan Bahan Bakar Air. Dan terakhir, Joko Suprapto di Nganjuk, Jawa Timur, berhasil menemukan teknologi biofuel (Bahan bakar air laut).
Hydrogen On Demand (HOD) atau Hybrid Air adalah teknologi hemat bahan
bakar dengan menggunakan campuran bahan bakar air murni, dan solar atau bensin,
khususnya yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor (motor dan mobil). Dengan
HOD, proses pembakaran pada mesin menjadi sempurna (tidak mengotori udara).
Inti dari teknologi ini bertumpu pada proses elektrolisa air ketika mesin
kendaraan dihidupkan. Dari proses elektrolisa air itu akan dihasilkan gas yang
dikenal dengan naman brown gas.
Secara kimia, rumus brown gas adalah HHO (2 Hidrogen + 1 Oksigen). Brown gas sering
juga disebut Hydroxy, dan dalam pembakarannya dapat menghasilkan energi
berton-ton yang hanya membutuhkan arus listrik yang relatif sangat kecil. HHO terbukti
lebih aman, ekonomis, dan mudah dikontrol. Kalau kita coba rinci, dalam proses
elektrolisa air, terbentuknya gas HHO adalah adanya kombinasi tiga faktor utama
yang bekerja:
1.Arus listrik searah (DC) yang mengalir
melalui tiga komponen yang bekerja, yaitu kawat elektroda.
2. Pusaran magnet (magnetic vortex) yang
ditimbulkan oleh elektroda.
3. Tekanan udara (vacumm) yang berasal dari
mesin.
Sejarah Mencatat:Isaac de Rivaz (1805) orang pertama yang menggunakan Hidrogen dengan sistem elektolisa air. Disempurnakan oleh Nicola Tesla (1856-1943) dan Stanley Meyer (1980-1998)
sumber: http://www.auto-facts.org/water4gas-scam |
Dengan metode Hybrid Air, sebuah mobil dapat dijalankan menggunakan
air, dengan beberapa perubahan pada mesin. Kendaraan yang menggunakan
teknologi ini merendahkan kadar emisi gas buang dan meningkatkan tenaga mesin.
Pembakaran internal dari mesin kendaraan, memiliki efisiensi yang rendah dari
25%-30% (yang diubah berupa gerak), sisanya 75%-80% berupa polusi dan deposit
karbon (bahan bakar yang tak terbakar) panas, getaran (denotasi), dan
kebisingan (getaran). Hanya dengan 4 liter air murni, kendaraan Anda dapat
meningkatkan efisiensi hemat bahan bakar hingga 50%.
Daya listrik yang sangat kecil dari AKI dapat memisahkan air menjadi gas atau HHOSelain energi yang dihasilkan, akhir dari prosesnya juga mengeluarkan airGas HHO memiliki kekuatan 3 kali lebih kuat dari bensin
Hybrid Air merupakan intensifikasi
energi dahsyat yang layak untuk segera disambut masyarakat luas. Dalam hal ini
pemerintah berkewajiban untuk mempermudah perizinannya, bahkan bila perlu
memfasilitasi agar teknologi baru ini akan menjadi program yang bergairah dan
menarik. Bila Hybrid Air menjadi program nasional, banyak devisa negara yang
dapat dihemat untuk bahan bakar.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna, dalam kondisi dan situasi apa pun tetap harus menjalankan
fungsi sebagai wakil Tuhan di muka bumi: menjaga
dan melestarikan alam. Teknologi ini belum sanggup bekerja pada kendaraan dengan
bertumpu pada air saja (Setengah bensin setengah air). Dan unit elektrolisa
masih menjadi jantung dari aplikasi teknologi bahan bakar Hybrid Air.
Langganan:
Postingan (Atom)